Wikipedia

Hasil penelusuran

Translate

5 November 2011

CERPEN -> WRITTEN BY "rina"

Siapa disana ??
Pada malam Jum’at kliwon, suasananya amat berbeda bercampurnya antara  hawa dingin dan mendungnya awan tak mengganggu kebahagiaan dan senyum di wajah kami. Aku dan sahabatku yang kerap dipanggil Cintya duduk di sembari teras rumahku. Kami bercanda dan bermain hingga sampai tak ingat waktu. Namun, tak ada satupun orang yang memarahi kami karena besoknya kami libur sekolah.
 Percakapanpun dimulai diantara kami berdua, entah apa yang kami bicarakan. Semuanya tertuju kepada horor, ketegangan dan pembunuhan. Tiba-tiba bulu kuduk kami berdua agak meninggi, hal ini membuat kami agak takut dan merinding.
“Rin, kok bulu kuduk saya berdiri ni ? ”, Cintya menjelaskan.
“Kok sama ! aku jugak ni ! ”, aku pun menanggapinya.
“Ahh, sudahdah ! lupakan ! Kita keluar ayok, bosen ni di terasmu ! ”, Cintya tak mau melanjutkan.
“ Ayok !! Hahahahahaha !! ”, aku pun menyetujuinya sambil tertawa terbahak-bahak.
“Kenapa kamu ketawa ? ”, bertanya dengan penuh heran.
“Kamu lucu lasing ! rupamu gugup banget , kayak orang ketemu setan ajak ! ”, aku menjawab dengan lugas sambil memberikan senyum simpel kepadanya.
“Ih, kamu ni ! be..be..beneran takut saya ni !”, menjawab dengan terbata-bata.
“Makanya, udah tau kamu penakut. Sok-sok an lo lagi ngajain cerita serem, yaa derita kamu deh”, aku meledek Cintya dengan penuh nafsu. “Hem, gimana kalau kita beralih ke cerita lucu biar kamu ndak takut lagi , mau ? ”, sangking baiknya aku memberi masukan yang masuk akal ke Cintya.
“Ok ! aku punya teka-teki ni , jawabnya harus benar yey ! gak boleh salah ! Kalau salah , dicubit ! ”Cintya berkata dengan nada memaksa.
“O’m aneh, apa sih teka-tekinya ?? Gak sabar nih ! Pake cubit-cubitan lagi !” aku siap-siap menunggu teka-teki yang akan dilontarkan oleh Cintya kepadaku.
“Siap-siap ! Siapkan pikiran yey sist. Lemari apa yang bisa dilipat dan bisa dibawa kemana-mana ? Hayoo !! HAHAAHAHA !”,Cintya akhirnya melontarkan teka-tekinya.
Kini giliran aku yang harus menjawab teki-tekinya. Aku bersikeras untuk mencari jawabannya di dalam otakku. Seluruh tenagaku lenyap hanya untuk memikirkan jawaban teka-teki bodoh itu. Jika jawabanku salah, Cintya pun akan melayangkan jari-jemarinya untuk mencubitku. Ow, kebayang deh gimana sakitnya.
“Lemari Pakaian”, jawaban pertamaku dengan spontan.
“Salah banget !”
Berpikir sejenak , “Hemm, lemari buku yaa ?”
“Gila ! Gimana cara kamu ngelipat lemari buku yang gedenya minta ampun!”
“Terus apa dong ??”, aku berkata dengan wajah geram yang menandakan amarahku mulai berkobar.
“Widih, jangan marah dong neng, mau nyerah ?”, Cintya berkata dengan nada ngeledek.
“Hem, iya nyerah deh”, aku pun pasrah untuk kalah karna aku benar-benar tak tahu jawaban teka-teki bodoh itu.
“OK ! jawabannya lemaribuan !! HAHAHAHA !!”, Cintya berkata dengan penuh kegembiraan di raut mukanya.
“ Sumpret ! Ngelawak ! Itu mah gampang banget! HAHAHA”, aku berkata dengan senyum manis di bibirku.
“Kamu terlalu bodoh untuk menjawab soal segampang ini ! HAHA !”, Cintya ngeledek kedua kalinya.
“Nyakit mbak Cin !”, aku menanggapi dengan ekspresi terkendali.
Tiba-tiba ditengah perbincangan kami berdua, kami mendengar seseorang memanggil nama kami ‘ riinnaaaaa cintyyyyaaaa ’. Rasanya suara itu akrab banget sama kehidupan kami, suara itu seperti suaranya temen kami si Wirda, namun akibat suaranya berbaur dengan tiupan angin malam sehingga tak terdengar jelas. Kami melihat ke segala arah namun tak menemukan siapa pemilik suara itu. Kami terdiam cukup lama dan saling bertatapan. Tak disangka, bulu kuduk kami berdiri kembali dan seperti ada yang meniup pundak kami hingga tubuh kami bercucuran keringat dingin.
Suara terdengar kembali namun kali ini seperti suara wanita. Ia memanggil nama kami pula ‘ riinnaaaaa cintyyyyaaaaa’. Suara itu terdengar sangat halus bercampur dengan tiupan angin, kalau bahasa puitisnya nan sepoi angin malam. Kami pun melihat ke segala arah untuk kedua kalinya namun hasilnya nihil, keadaan sekitar sudah sangat sepi mungkin cuma kami berdua saja yang masih di luar rumah
“Cin, itu kok kayak suaranya teteh ya ?”, aku bertanya dengan kondisi tidak stabil.
“I..ii..iiyya yaa, cobak kamu panggil teteh ! Teriak ! ”, Cintya menjawab dengan   perasaan takut dan gugup.
“OK ! TETEHHH !!! TETEHHH DIMANNA !!! Jangan buat kami takut deh ! WIRDA !! AYO CEPAT SEMUANYA KELUAR !!!”, aku keluarkan sisa keberanianku kemudian aku berteriak cukup kencang.
Namun tak ada satupun yang menjawab teriakanku. Keadaan semakin hening, kacau dan diselimuti oleh awan mendung. Suramnya malam ini, seperti kejadian di film horor. Tiba – tiba, aku dan Cintya tak sengaja melihat bayangan manusia melintas begitu saja.
“Siapa disana ? please deh, ayok apa ! jangan tambah membuat kami kacau ! Siapa kalian ? Wirda ataukah teteh ? Keluar sekarang !! ”, Cintya bertanya pada alam dengan cukup berani.
“Cin, takut saya ! Kita pulang ayo ! Udah malam ni  ”, bujuk rayuku muncul karna ketakutanku.
“Hem, Iya sih, Kita pulang dah ! ”, Cintya menyetujuinya dengan wajah cemberut.
“Ndak usah dah difikirin kejadian malam ini , bagaimana besok pagi kita langsung tanya ke teteh ma Wirda tentang kejadian ini ? ”, sisa fikiranku di ujung kantuknya mata ini.
“ That’s Brilliant ! I like your idea ! Good Night Rina, Have a nice dream ”
“Good Night and Have a nice dream too”
Besoknya di pagi hari, aku bergegas menemui Cintya untuk membicarakan kejadian semalam. Aku gedor pintu gerbangnya sambil memanggil namanya “Cintya !! Cintya !! Cepat Keluar !! ”
Tak lama kemudian, Cintya akhirnya keluar juga. Dibukanya pintu pagar rumahnya dan menyapa diriku “Pagi Rin, ada apa ?” .Tampak terlihat wajah Cintya yang masih nampak pucat akibat kejadian semalam membuat diriku tak tega membicarakan kejadian itu lagi bersama dia. Ku cukupkan dengan Cintya yang telah lupa tujuan semalam, lalu meninggalkan dia di tempat tanpa berkata apa-apa . Cintya hanya terdiam dan dilihat dari tampangnya dia bingung melihat diriku meninggalkan dia tanpa berkata apa-apa setelah nafsuku menggedor pintu pagar rumahnya. “Huh, dasar aneh si Rina ! Udah gedor pagar keras-keras, eh gue keluar dikacangin”, Cintya berkata dalam hatinya dengan perasaab jengkel kepadaku.
Aku pun tak menanggapinya, aku melanjutkan tujuanku. Pertama- tama aku berlari ke arah rumahnya Wirda. Sesampainya, aku menekan bell rumahnya sambil memanggil nama Wirda “Wirdaa ! Wirdaa !”. Tak lama menunggu, Wirda pun akhirnya keluar.
“Ada apa ? pagi-pagi gini kau udah ke rumah orang! Ganggu tau ”, Wirda berkata sambil memarahiku.
“Ih, maaf deh kalau kayak gitu, gue cuma nanya ni ! Kamu tadi malam ada di mana ? Sempat tidak kamu berjalan di dekat rumah saya dan Cintya ?”, Aku pun bergegas bertanya dengan cepat agar masalahnya cepat kelar.
“Hello ! Saya tadi malam pergi ke Lesehan Syafaat sampai jam 10 lebih, jadi tidak pernah saya ke kawasan rumah kau sama Cintya”, Wirda menjelaskan dengan detail.
“Oohh ! begitu ! Thank’s yaa sudah kasi tau semua !”, Aku pun berterima kasih kepadanya.
“Iya, sama-sama. Memangnya ada masalah apa sih ?”, Wirda bertanya kepadaku dengan penuh harap.
“Oh ! Tidak ada apa-apa kok ! Bye”, Aku tak menceritakan kejadian itu dan langsung meninggalkan Wirda di tempat.
Aku langsung lari dengan sangat kencang ke arah rumahnya teteh dengan tujuan yang sama seperti Wirda. Teteh tampak sedang menyapu halaman rumahnya nan kotor. Aku langsung bertanya tanpa basa-basi.
“Teh, tadi malam teteh panggil aku sama Cintya ya ?”, aku bertanya dengan terburu-buru.
“Tidak kok, orang semalam teteh di rumah ajak. Tidak kemana- kemana ! Ada apa emangnya, na ?”, teteh menjawab dan diakhiri dengan pertanyaan yang sama seperti Wirda.
“ Owh, tidak ada apa-apa kok ! Thank’s Teh !”, aku lalu berjalan pulang sambil berfikir.
Difikiranku “ Wirda bukan, Teteh bukan ! Terus siapa dong ? Jangan-jangan haaaaaaaaa...haaaaaaaa.....nnnnnn....ttttttt........uuuuuuuuuuuuu ”. JLEB! Tak disangka, aku tak sadarkan diri selama 1 jam lebih. Setelah sadar, ku ceritakan kejadian semalam itu kepada semua orang termasuk Cintya, Wirda dan Teteh.



           




Tidak ada komentar:

Posting Komentar